Tawakal kepada Allah

 


Tawakal kepada Allah - Jangan membenci musibah yang menimpamu. Karena apa yang kamu benci bisa jadi menjadi penyebab solusi bagimu dan apa yang kamu sukai bisa jadi menjadi penyebab kehancuranmu.

Sesungguhnya rasa sedih kehilangan sesuatu adalah tanda lemahnya iman maka baca inalillahi wa Inna ilaihi Raji'un

Bala diturunkan karena sebab cinta Allah kepada hambanya

Allah cemburu kalau hambanya lebih bergantung kepada makhluknya 

Cintai Allah maka akan mendapat ketenangan dan jangan cintai makhluk karena akan dapat kegelisahan

Sesungguhnya kau tidak mengetahui akhir dan akibat dari setiap urusan. Mungkin kau bisa mengatur dan merancang sebuah urusan yang baik menurutmu. Tetapi ternyata urusan itu berakibat buruk bagimu. Mungkin saja ada keuntungan di balik kesulitan dan sebaliknya, banyak kesulitan di balik keuntungan. Bisa jadi bahaya datang dari kemudahan dan kemudahan datang dari bahaya. Mungkin saja anugerah tersimpan dalam ujian dan cobaan tersembunyi di balik anugerah. Dan bisa jadi kau mendapatkan manfaat lewat tangan musuh dan binasa lewat orang yang kau cintai. Orang yang berakal tidak akan ikut mengatur bersama Allah


PENTINGNYA TAWAKKAL


Barangsiapa yang mewujudkan takwa dan tawakal akan dapat menggapai seluruh kebaikan din dan dunianya. Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan baginya jalan keluar dan memberi dia rezki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Alah, maka Dia itu cukup baginya” (Ath-Thalaq : 2-3)


Tawakal adalah bersandarnya hati kepada Allah dalam rangka mendapatkan sesuatu yang diinginkan dan menghilangkan sesuatu yang tidak disukai, disertai rasa yakin dan diiringi dengan melakukan sebab-sebab yang diperbolehkan. Tawakal harus mencakup dua perkara. Pertama, yaitu bersandarnya hati kepada Allah dengan jujur dan yakin sebenar-benarnya. Kedua, yaitu harus disertai dengan mengambil sebab-sebab yang diperbolehkan oleh syariat untuk mencapai tujuannya tersebut


Barangsiapa yang lebih banyak bersandar kepada sebab maka kurang rasa tawakalnya pada Allah dan telah menafikan penjagaan Allah. Seolah-olah dia menjadikan sebab semata sebagai sandaran yang menyebabkan terjadinya sesuatu yang dia inginkan atau menghilangkan sesuatu yang tidak disukai. Sebaliknya barangsiapa yang hanya bersandar kepada Allah namun tidak disertai usaha mengambil sebab, berarti telah mencela hikmah Allah Ta’ala,karena hanya Allah yang menjadikan segala sesuatu dengan sebab.


Dari Umar bin Khaththab dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallambersabda, ”Jikalau kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenarnya niscaya Allah akan memberikan rezki kepada kalian seperti seekor burung. Pagi-pagi ia pergi dalam keadaan lapar da pulang disore hari dalam

Kisah teladan 


** TAWAKKAL dan KESEDERHANA'AN **


ومن يتق الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث لا يحتسب ومن يتوكل على الله فهو حسبه .......الى آخر الاية


Imam Hatim Al-Ashom 

Suatu hari ia berkata kepada istri dan 9 putrinya bahwa ia akan pergi untuk menuntut ilmu. 

Istri dan putri-putrinya keberatan. Karena siapa yang akan memberi mereka makan. Salah satu dari putri-putri itu Ada yg berusia 10 tahun dan hapal Al-Quran. 

Dia menenangkan semua: 

"Biarkan beliau pergi. Beliau menyerahkan kita kepada Dzat Yang Maha Hidup, Maha Memberi rizki dan tidak pernah mati!"


Imam Hatim pun pergi, Hari itu berlalu, malam datang menjelang. Mereka mulai lapar. Tapi tidak ada makanan. Semua mulai memandang protes kepada putri 10 tahun yang telah mendorong kepergian Ayah mereka.

Putri hapal Al Quran itu kembali meyakinkan mereka: "Beliau menyerahkan kita kepada Dzat Yang Maha Hidup, Maha Memberi rizki dan Tidak Pernah mati!"

Dalam suasana seperti itu, pintu rumah mereka diketuk. Pintu dibuka. Terlihat para penunggang kuda. Mereka bertanya: "Adakah air di rumah kalian?".

Penghuni rumah menjawab: "Ya, kami memang tidak punya apa-apa kecuali air".

Air dihidangkan. Menghilangkan dahaga mereka. Pemimpin penunggang kuda itu pun bertanya: "Rumah siapa ini?".

Penghuni rumah menjawab: "Hatim Al-Ashom". 

Penunggang kuda terkejut: "Hatim, ulama besar muslimin.."

Penunggang kuda itu mengeluarkan sebuah kantong berisi uang dan dilemparkan ke dalam rumah dan berkata kepada para pengikutnya: "Siapa yang mencintai saya, lakukan seperti yang saya lakukan.."

L

Para penunggang kuda lainnya pun melemparkan kantong-kantong mereka yang berisi uang. Sampai pintu rumah sulit ditutup, karena banyaknya kantong-kantong uang. Mereka kemudian pergi.

Tahukah, siapa pemimpin penunggang kuda itu...?.

Ia adalah Imam Abu Ja'far Al Manshur, Amirul Mukminin.


Kini giliran putri 10 tahun yang telah hapal Al-Quran itu memandangi ibu dan saudari-saudarinya. 

Dia memberikan PELAJARAN AQIDAH yang sangat mahal sambil menangis, dia berkata:


إذا كانت النظرة من المخلوق تكفينا فكيف بنظرة الخالق؟


"JIKA SATU PANDANGAN MAKHLUK BISA MENCUKUPI KITA, MAKA BAGAIMANA JIKA YANG MEMANDANG KITA ADALAH 

AL KHOLIQ.....?


اللهم لا تجعل الدنيا أكبر همنا


"Duhai Allah, jangan Kau jadikan dunia sebagai kegundahan terbesar kami ..."


Aamiin



NASIHAT IMAM AL-GHAZALI TENTANG REZEKI

Kita memang diperintahkan oleh Allah SWT untuk berikhtiar, berusaha dan bekerja untuk mencari nafkah. Namun, seberapa besar rezeki yang kita peroleh sudah ditentukan dan telah dijamin oleh Allah. Maka, penting bagi kita untuk memahami konsep tawakal kepada Allah dan meyakini tentang jaminan Allah untuk makhluk-Nya.


Imam Al-Ghazali mengatakan, “Hendaklah engkau tahu bahwa rezeki manusia itu telah dibagikan oleh Allah sebelum kita dilahirkan. Hal ini telah disebut secara jelas dalam Al-Kitab dan Hadis-hadis Rasulullah SAW. Bahkan, engkau pun tahu bahwa apa yang dibagikan-Nya tidak dapat diganti dan tidak pula diubah. Jika engkau menolak pembagian tersebut dan berharap agar diubah, maka berarti engkau mendekati kekufuran. Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari pikiran semacam itu.”


Jika engkau mengetahui pembagian rezeki dari Allah itu benar adanya dan tidak mungkin berubah karena suatu hal, lalu mengapa kita menghalalkan segala cara untuk mencari rezeki, hingga lupa halal dan haram? Bahkan, melupakan kewajiban untuk beribadah.

ما تم قيا سه لن يتغير ،وما اصبح قدرا سيأتي حتما

"apa yg sudah ditakar tidak akan tertukar,dan apa yg menjadi takdir sudah pasti akan hadir"


@semua orang

Rasulullah SAW bersabda, “Sudah tertulis di punggung ikan dan banteng tentang rezeki si fulan. Maka, orang yang tamak tidak akan mendapatkan tambahan selain dari kepayahannya sendiri.”

Gurunya Imam Al-Ghazali memberi nasihat, “Sesungguhnya apa yang ditakdirkan sebagai makanan yang engkau kunyah, maka tidak akan dikunyah oleh orang lain. Karena itu, makanlah bagian rezekimu itu dengan mulia, janganlah engkau memakannya dengan hina!”


--Disarikan dari Imam Al-Ghazali dalam Minhajul ‘Abidin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak